Facing up History
War is nasty. We
should not hesitate to say no to war. I
never enter any war before, but I do enter the the imagination of a war hero in
my childhood. There is glory in winning
the war, there is shame on defeat. The
civilian mostly dispose out of their home, from belonging, family and worst
lost their life.
Life is precious, but in war, human life so degraded that they
lost the meaning of existence.
Threathning, betrayal, denial, terror, crushed to the edge,
drowning, sentenced, collaborator, annihilation, murder, torture all these
words to express the situation at certain point.
Try to remember the A-Bom.
The atomic bomb have bring new meaning to war. The word escalated into ‘catastrophy’, the
end of the world, the end of humanity.
A tsunami killed 200 000 instantly, a nuclear bomb, with
advanced technology, could bring thousands tsunami beyond my imagination. Enough Hiroshima, enough Nagasaki.
Ini just scratches, berandai-andai menjadi global strategy
department head. Menganalisa situasi
kekuatan militer China yang semakin terasa kekuatannya sampai ke halaman rumahku. China tidak tanggung-tanggung dengan kekuatan
militernya. Dengan jumlah penduduk yang
luar biasa besarnya para pemimpinnya mungkin ada yang muncul egonya untuk
membangkitkan ‘kekaisaran Cina’ seperti biasa terjadi dalam buku sejarah. Mereka ingin maju ke depan menggantikan the
A-merican Empire, terasa mereka mulai
mengusik dominasi America. Naga-naga
kecil sudah tumbuh menjadi besar dan siap
manancapkan cakarnya sedangkan
hawa api dari perutnya siap membakar rintangan yang menghadang.
Korea dan Jepang, tetangga terdekat mulai bereaksi. Militerisasi Jepang sudah dimulai. Dengar-dengar Undang-undang yang menghalangi
Jepang untuk memiliki angkatan bersenjata akan di revisi ulang, SDF akan
menjadi DF, huruf S-nya hilang. Budget
militer akan meningkat secara tajam untuk ‘check’ kekuatan lawan. Korea juga sama saja, mereka makin giat
latihan militer bersama dengan uncle Sam, lupakan dulu reunifikasi, ancaman
yang lebih besar sudah di depan mata.
Korut dengan program nuklirnya, dibelakangnya ada China. Korut adalah bemper, Kim Jong Uhn jangan
sampai lepas. Six party talk adalah
pertarungan jual beli kepala Kim Jong Uhn.
Pulau Jeju sudah siap menjadi pangkalan militer Amerika Serikat. Japan and Korea militarization to contain
China. Sama seperti Uni Soviet dulu, Amerika
memiliterisasi Jerman Barat dengan NATO-nya ‘to contain Soviet Union’. Doktrin Harry Truman, melawan komunis, pada
masa sekarang ini, melawan China. Efek
domino kembali bekerja, hello, siap-siap pasang sabuk pengaman, perjalanan ke
depan nampaknya penuh dengan bahaya.
Bagaimana Indonesia???, masihkah akan sama dengan tahun 1965
nanti. Pastinya tahun 65 indonesia
dipegang Amerika, bukan Soviet, pilihan yang bagus, karena Indonesia masih
utuh, kecolongan dikitlah dengan timtim dan Sipadan ligitan, thanks to Habibie
dan Megawati yaa, atau SBY.
Tapi nampaknya Indonesia bukanlah Negara yang mau menentukan
nasibnya sendiri, lebih ditentukan nasibnya oleh Negara lain. Indonesia ngikut aja, yang penting selamat
dibawah kekaisaran Amerika. Kalo
presidennya macam-macam sama amerika, besok-besok jadi gelandangan minta-minta
uang sama IMF, kan malu dua kali jatuh ke lubang yang sama.
Tapi saya punya uneg-uneg juga sama 2 tetangga yang katanya
serumpun, Malaysia dan Singapure. Pengen
sekali kita punya militer yang kuat, aggressive, aura yang mengerikan buat
tetangga dua itu. Tapi sepertinya sulit
menjadi kenyataan. Pemerintahan Indonesia
sudah terlalu dalam di infiltrasi oleh kekuatan asing. Kalau mau jujur sih, boleh dibilang,
Indonesia ini taman bermain para intelijen asing. So, nggak perlu hairan dengan penemuan
Snoden, tahun 65 juga gitu juga.
Otak-otak pejabat Indonesia semuanya sudah pada ada micro chipnya. Kepala si anu milik Negara ini, si b Negara ini,
si c Negara ini dst. Setiap Negara yang
punya kepentingan dengan Indonesia baik secara politik dan ekonomi, akan selalu
‘check’ dengan kekuatan lawan.
Kalau bisa dikatakan Indonesia sudah equilibrium, damage
costnya gila-gila an. Indonesia tidak
boleh pecah, bocor harus, maka TKI Indonesia terus bertambah. .Indonesia harus selalu pingsan, maka narkoba
terus masuk (sama dengan kasus China sebelum perang Candu). Indonesia tidak boleh kuat secara ekonomi,
politik dan militer. Karena itu akan
sangat menakutkan bagi tetangga, tapi sangat menyenangkan kalau itu bisa sampai
terjadi.
Ayo militer Indonesia bangkitlah, saya tidak setuju perang,
tetapi kalau ada yang jual, kita beli.
Ini hanya murni iseng-iseng saja, jangan dianggap serius,
supaya jangan stresssssss
No comments:
Post a Comment