Thursday, July 25, 2013

Prospek Somatik Embriogenesis Pada Tanaman Kehutanan




Somatik embryogenesis semakin banyak diaplikasikan dalam pemuliaan secara in vitro di banyak laboratorium di berbagai belahan dunia.  Metode tersebut menghasilkan potensi mikro propagasi yang sangat tinggi dan kemungkinan lain seperti cryopreservasi untuk bahan tanaman (Hargreaves & Menzies 2007, Misson et al.  2006), menghasilkan metabolit sekunder (Mulabagal & Tsai 2004), memperoleh stock tanaman yang berharga atau hasil seleksi dalam waktu yang singkat (Rodriguez et al.  2007), menghasilkan transformasi tumbuhan (walters et al.  2005) dan melaksanakan studi patologi pada level embriogenis (Hendry et al.  1993; Nawrot-Chorabik et al.  2011).  Oleh karena itu, ada banyak kepentingan dalam aplikasi perbanyakan vegetative secara mikro dalam banyak species pohon.
Ketika mendefinisikan metode embryogenesis somatic, perlu ditekankan bahwa, hal tersebut merupakan mophogenesis secara invitro, dimana embrio adventif, yang tidak berasal dari fusi/penggabungan gamet, akan tetapi dibentuk dari sel somatic.  Metode ini didasarkan pada teori bahwa totipotensi sel tumbuhan, yang menyatakan bahwa ada kemampuan yang tidak terbatas dari sel-sel hidup untuk membelah dan menghasilkan organism utuh.
Penelitian pertama tentang somatic embryogenesis telah dilakukan pada tahun 50-an pada abad 20 ketika embrio somatic yang pertama dihasilkan dari wortel (Daucus carota) (Steward 1958).  Tujuh tahun kemudian embrio dari tumbuhan perdu-sandalwood (Santalum album) dihasilkan (Rao 1965).  Studi rintisan tentang somatic embryogenesis pada conifer dilaksanakan di Kanada pada periode 1968-1980 (Durzan & Steward 1968, Chalupa (1995) menginisiasi somatic embryogenesis dari Spruce Eropa

No comments:

Post a Comment