Wednesday, January 29, 2014

Book of the month; The Lady in White, by Wilkie Collins

Novel ini termasuk tebal, tetapi ketika mulai membacanya, it make my curiosity in high that I keep reading it and forgot anything else.  Some reader are also have the same comment like me.  
Saya beli buku ini di toko barang-barang bekas dekat rumah, and I guess no one read them, it's in English, and it's fat, more than 400 pages.
It is a piece of classic, and I thank Wilkie Collins for his genious and entertaining book.  
The main figure : Walter Hartright,
Marian Halcombe, Mrs Catherick, Fosco, Sir Percival, Lady Glyde, and Pesca.

Wilkie Collins lahir 8 January 1824, salah satu novelnya yang terkenal adalah The Moonstone.
Cerita detektive yang dikembangkannya sangat bagus, jadi pikiran dia sudah sangat maju, sementara di waktu itu Pangeran Diponegoro mungkin masih perang dengan Belanda dan akhirnya ketangkap.  Mungkin kalau Pangeran Diponegoro disekolahkan ke Inggris mungkin dia bisa lolos dari jebakan Belanda.

Plot-plot cerita yang dikembangkan dari mulai penipuan, pemalsuan, mengirim Lady Glyde ke rumah sakit jiwa (mirip cerita sinetron), meracun dan sebagainya.

Yang kasihan itu adalah si Sir Percival, yang terbakar di gedung gereja karena dia mau menghilangkan jejak kejahatnnya di gereja.

Berbagai karakter manusia disajikan dan memberikan pembelajaran bagi pembaca dalam menjalani hidup.  Keteguhan dalam hidup dan hukum yang bekerja :

This is the story of what a Woman's patience can endure, and what a Man's resolution can achieve.
If the machinery of the Law could be depended on to fathom every case of suspicion, and to conduct every process of inquiry, with moderate assistance only from the lubricating influences of oil of gold, the events which fill these pages might have claimed their share of the public attention in a Court of Justice.
But the Law is still, in certain inevitable cases, the pre-engaged servant of the long purse; and the story is left to be told, for the first time, in this place. As the Judge might once have heard it, so the Reader shall hear it now. No circumstance of importance, from the beginning to the end of the disclosure, shall be related on hearsay evidence. When the writer of these introductory lines (Walter Hartright by name) happens to be more closely connected than others with the incidents to be recorded, he will describe them in his own person. When his experience fails, he will retire from the position of narrator; and his task will be continued, from the point at which he has left it off, by other persons who can speak to the circumstances under notice from their own knowledge, just as clearly and positively as he has spoken before them.
Thus, the story here presented will be told by more than one pen, as the story of an offence against the laws is told in Court by more than one witness—with the same object, in both cases, to present the truth always in its most direct and most intelligible aspect; and to trace the course of one complete series of events, by making the persons who have been most closely connected with them, at each successive stage, relate their own experience, word for word.
Let Walter Hartright, teacher of drawing, aged twenty-eight years, be heard first.

Wednesday, January 15, 2014

NHK World:Cool Japan

Cool Japan adalah salah satu dari sekian banyak program TV di NHK World.  Menarik karena banyak hal, salah satunya adalah kebaikan yang dimiliki Jepang menurut sudut pandang orang asing yang tinggal di Jepang.  Hostnya Shoji Kokami dan Linda Stegmeyer.

Progran terakhir adalah mengenai gunung Fuji, yang menjadi poster pertama kalender 2014, yang dikirim ke alamat saya dari Tokyo.  I'm very surprised to have the calendar sent to me over a very long distance, Jambi and Tokyo.  Karena kebetulan juga saya menjadi Program Monitor selama 6 bulan, dan diharuskan mengirim data saya, biaya kirim surat saya dari jambi ke Tokyo sebesar Rp 150000, thanks to Mas Wawan for helping me out.  Suratnya sudah sampai dalam tempo 5 hari melalui email yang saya terima.  Cepat juga ya.

Shortly, mount Fuji telah dijadikan sebagai salah satu World Heritage oleh UNESCO, kalau nggak salah bulan Juni tahun 2013 dan menjadi salah satu objek wisata yang menjadi tujuan utama turis yang datang ke Jepang.  Menariknya dari Gunung Fuji ini adalah penampilan yang selalu berubah dan tidak pernah habis-habisnya memberikan pesona yang mengagumkan bagi orang-orang yang melihatnya.  Merah, putih, berawan, salju, dari pantulan danau, dari gedung-gedung pencakar langit di TOKYO, gunung Fuji selalu menemani dari setiap pergantian waktu dan musim.

Pemandangan yang sangat mengagumkan, bagi para peserta Fuji Ultra Marathon, yang terakhir dimenangkan oleh peserta dari Jepang yang kemenangannya sunggu tak diduga karena tidak masuk dalam jajaran atlit yang dinominasikan, bahkan berprofesi sebagai seorang dokter...fantastic.

i hope i got the chance to visit mount fuji.


arigato 

Thursday, January 9, 2014

Aloke Lohia; owner of Indorama, lesson from the guru

Aloke Lohia, seorang pengusaha NRI (non residence Indian) yang memiliki bisnis PET (polyethilene terepthalate) yang merupakan bahan baku pembuatan plastik terbesar di dunia, memiliki 15% pangsa pasar PET seluruh dunia, beroperasi di kurang lebih 130 negara.
Memulai bisnis ketika berusia 31 tahun di Thailand, sukses dengan cara membeli perusahaan-perusahaan yang hampir bangkrut, merestrukturisasi, dan kembali menghasilkan keuntungan.  Pribadi yang unik dengan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap ragam budaya dimana pabriknya beroperasi.  Istilah yang dia pakai adalah Localization...bukan globalization.
Dia percaya akan kekuatan lokal, bakat-bakat lokal, dan mendelegasikan pekerjaan kepada staf-staf lokal.  Eksekutif yang berasal dari India diwajibkan belajar bahasa lokal, bukan disuruh belajar bahasa Inggris.
India memang gudangnya  CEO yang hebat yang bekerja di berbagai perusahaan kelas dunia.  Kemampuan adaptasi orang India yang cukup tinggi, yang dapat disamakan dengan keturunan Cina, Korea dan Jepang membuat mereka dapat dengan mudah diterima di banyak perusahaan.
Indonesia seharusnya juga bisa lebih mempercayai orang Indonesia dalam berbagia posisi di perusahaan swasta, banyak warga Indonesia yang berpendidikan tinggi, penuh bakat dan dedikasi tapi system ketenaga kerjaan mungkin masih perlu perbaikan.  Beberapa tenaga expat yang bekerja di berbagai bidang di Indonesia sudah seharusnya dapat digantikan dengan tenaga-tenaga muda orang Indonesia.  Saya percaya bahwa skill mereka dapat kita kuasai dan bahkan kita lewati, akan tetapi kita harus bekerja lebih keras, passionate, tidak korupsi dan berbagai perilaku yang memberi stigma buruk bagi orang Indonesia.  Kurang disiplin, tidak menghargai waktu, sifat menunda pekerjaan, lack of initiative, gampang puas dan gaya hidup yang boros.  Tinggal bagaimana kita mau belajar dan menjalankan sesuai dengan rencana yang sudah kita buat.