Monday, November 11, 2013

Facing Up History-gara gara nonton tayangan NHK Doc Oliver Stone in Japan



Facing up History

War is nasty.  We should not hesitate to say no to war.  I never enter any war before, but I do enter the the imagination of a war hero in my childhood.  There is glory in winning the war, there is shame on defeat.  The civilian mostly dispose out of their home, from belonging, family and worst lost their life.
Life is precious, but in war, human life so degraded that they lost the meaning of existence.
Threathning, betrayal, denial, terror, crushed to the edge, drowning, sentenced, collaborator, annihilation, murder, torture all these words to express the situation at certain point.
Try to remember the A-Bom.  The atomic bomb have bring new meaning to war.  The word escalated into ‘catastrophy’, the end of the world, the end of humanity.
A tsunami killed 200 000 instantly, a nuclear bomb, with advanced technology, could bring thousands tsunami beyond my imagination.  Enough Hiroshima, enough Nagasaki.
Ini just scratches, berandai-andai menjadi global strategy department head.  Menganalisa situasi kekuatan militer China yang semakin terasa kekuatannya sampai ke halaman rumahku.  China tidak tanggung-tanggung dengan kekuatan militernya.  Dengan jumlah penduduk yang luar biasa besarnya para pemimpinnya mungkin ada yang muncul egonya untuk membangkitkan ‘kekaisaran Cina’ seperti biasa terjadi dalam buku sejarah.  Mereka ingin maju ke depan menggantikan the A-merican Empire,  terasa mereka mulai mengusik dominasi America.  Naga-naga kecil sudah tumbuh menjadi besar dan siap  manancapkan cakarnya sedangkan  hawa api dari perutnya siap membakar rintangan yang menghadang.
Korea dan Jepang, tetangga terdekat mulai bereaksi.  Militerisasi Jepang sudah dimulai.  Dengar-dengar Undang-undang yang menghalangi Jepang untuk memiliki angkatan bersenjata akan di revisi ulang, SDF akan menjadi DF, huruf S-nya hilang.  Budget militer akan meningkat secara tajam untuk ‘check’ kekuatan lawan.  Korea juga sama saja, mereka makin giat latihan militer bersama dengan uncle Sam, lupakan dulu reunifikasi, ancaman yang lebih besar sudah di depan mata.  Korut dengan program nuklirnya, dibelakangnya ada China.  Korut adalah bemper, Kim Jong Uhn jangan sampai lepas.  Six party talk adalah pertarungan jual beli kepala Kim Jong Uhn.  Pulau Jeju sudah siap menjadi pangkalan militer Amerika Serikat.  Japan and Korea militarization to contain China.  Sama seperti Uni Soviet dulu, Amerika memiliterisasi Jerman Barat dengan NATO-nya ‘to contain Soviet Union’.  Doktrin Harry Truman, melawan komunis, pada masa sekarang ini, melawan China.  Efek domino kembali bekerja, hello, siap-siap pasang sabuk pengaman, perjalanan ke depan nampaknya penuh dengan bahaya.
Bagaimana Indonesia???, masihkah akan sama dengan tahun 1965 nanti.  Pastinya tahun 65 indonesia dipegang Amerika, bukan Soviet, pilihan yang bagus, karena Indonesia masih utuh, kecolongan dikitlah dengan timtim dan Sipadan ligitan, thanks to Habibie dan Megawati yaa, atau SBY.
Tapi nampaknya Indonesia bukanlah Negara yang mau menentukan nasibnya sendiri, lebih ditentukan nasibnya oleh Negara lain.  Indonesia ngikut aja, yang penting selamat dibawah kekaisaran Amerika.  Kalo presidennya macam-macam sama amerika, besok-besok jadi gelandangan minta-minta uang sama IMF, kan malu dua kali jatuh ke lubang yang sama.
Tapi saya punya uneg-uneg juga sama 2 tetangga yang katanya serumpun, Malaysia dan Singapure.  Pengen sekali kita punya militer yang kuat, aggressive, aura yang mengerikan buat tetangga dua itu.  Tapi sepertinya sulit menjadi kenyataan.  Pemerintahan Indonesia sudah terlalu dalam di infiltrasi oleh kekuatan asing.  Kalau mau jujur sih, boleh dibilang, Indonesia ini taman bermain para intelijen asing.  So, nggak perlu hairan dengan penemuan Snoden, tahun 65 juga gitu juga.  Otak-otak pejabat Indonesia semuanya sudah pada ada micro chipnya.  Kepala si anu milik Negara ini, si b Negara ini, si c Negara ini dst.  Setiap Negara yang punya kepentingan dengan Indonesia baik secara politik dan ekonomi, akan selalu ‘check’ dengan kekuatan lawan.
Kalau bisa dikatakan Indonesia sudah equilibrium, damage costnya gila-gila an.  Indonesia tidak boleh pecah, bocor harus, maka TKI Indonesia terus bertambah.  .Indonesia harus selalu pingsan, maka narkoba terus masuk (sama dengan kasus China sebelum perang Candu).  Indonesia tidak boleh kuat secara ekonomi, politik dan militer.  Karena itu akan sangat menakutkan bagi tetangga, tapi sangat menyenangkan kalau itu bisa sampai terjadi. 
Ayo militer Indonesia bangkitlah, saya tidak setuju perang, tetapi kalau ada yang jual, kita beli.
Ini hanya murni iseng-iseng saja, jangan dianggap serius, supaya jangan stresssssss

No comments:

Post a Comment